Petak Umpet 


Miki

Di sebuah kampung kecil yang tenang, terdapat empat sahabat yang selalu mencari cara untuk mengisi waktu luang mereka dengan petualangan yang penuh kegembiraan dan keajaiban. Mereka adalah Miki, Zeen, Kaze, dan Meta.

Miki adalah gadis ceria dengan rambut abu-abu yang selalu tersenyum dan memiliki kemampuan teleportasi melalui pintu mana saja. Zeen, di sisi lain, adalah gadis tanpa ekspresi yang selalu terlihat ngantuk dan memiliki kemampuan menembakkan cahaya kembang api dari telunjuknya yang bisa membuat orang lupa kejadian lima detik sebelumnya. Kaze, anak kampung yang biasa dan tidak punya kemampuan apapun, sering merasa tersisih karena tidak memiliki kekuatan super. Terakhir, ada Meta, bocah lelaki pemarah yang memiliki kekuatan api dan sering kali tak bisa mengendalikan emosinya.

Pada suatu hari yang cerah, keempat sahabat itu memutuskan untuk bermain petak umpet di hutan dekat kampung mereka. Seperti biasa, mereka harus menentukan siapa yang akan berjaga terlebih dahulu.

"Siapa yang kali ini berjaga?" tanya Miki dengan senyuman lebar.

Meta, yang selalu ingin menjadi yang paling kuat dan berani, segera menawarkan diri. "Biar aku yang berjaga kali ini. Kalian pasti tidak akan bisa sembunyi dariku!" katanya sambil mengepalkan tangannya yang mulai memancarkan sedikit api.

Miki, Zeen, dan Kaze saling berpandangan dan setuju. "Baiklah, Meta yang berjaga," kata Miki.

Meta mulai menghitung dengan suara lantang, "Satu, dua, tiga..." Sementara itu, ketiga kawannya bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. Miki dengan cepat membuka pintu rumah pohon yang ada di hutan dan melompat masuk, segera berpindah ke pantai di Hawaii. Zeen dengan santai berjalan ke balik pohon besar, tapi sebelum itu, ia menembakkan kembang api ke arah Meta untuk memastikan Meta lupa kejadian lima detik terakhir. Kaze, yang tidak punya kemampuan khusus, hanya bisa mencari semak-semak untuk bersembunyi.

Ketika Meta selesai menghitung hingga sepuluh, ia membuka matanya dan melihat sekeliling. "Baiklah, aku akan menemukan kalian!" teriaknya penuh semangat. Ia mulai mencari di antara pohon-pohon dan semak-semak dengan hati-hati. Namun, setiap kali ia merasa mendekati salah satu temannya, Zeen akan menembakkan kembang api dari kejauhan, membuat Meta lupa apa yang sedang dilakukannya.

Kaze, yang bersembunyi di semak-semak, merasa sangat gugup. "Semoga dia tidak menemukan aku," gumamnya pelan. Tapi Meta yang marah dan tidak sabar mulai mengamuk, membakar semak-semak di sekitarnya. Kaze panik dan segera melarikan diri, berteriak, "Miki! Zeen! Tolong aku!"

Miki yang berada di Hawaii merasakan ada yang tidak beres dan segera membuka pintu lain untuk kembali ke hutan. Ia muncul tepat di depan Kaze yang terengah-engah. "Ada apa, Kaze?" tanya Miki dengan khawatir.

"Kaze, kamu tidak seharusnya berlari seperti itu. Kita sedang bermain petak umpet," kata Zeen dengan suara monoton, muncul dari balik pohon.

Meta, yang melihat ketiga kawannya berkumpul, semakin marah. "Kalian curang! Kalian menggunakan kekuatan kalian!" Ia mengepalkan tangannya dan bola api muncul dari telapak tangannya.

"Kita harus menenangkan Meta sebelum semuanya terbakar," bisik Miki kepada Zeen dan Kaze. Zeen mengangguk dan bersiap menembakkan kembang api lagi, tetapi Meta kali ini siap. Ia menghindar dan menembakkan bola api ke arah mereka.

Miki segera membuka pintu lain dan menarik Kaze masuk, membawa mereka ke tempat yang aman. Zeen tetap tenang dan menghindari serangan api Meta dengan mudah, tetapi ia tahu bahwa mereka harus segera menyelesaikan situasi ini.

"Tunggu, Meta!" teriak Miki dari pintu yang baru saja dibuka, muncul kembali di hutan. "Kami tidak bermaksud curang. Kami hanya ingin bermain dengan cara yang menyenangkan."

Meta yang masih marah terus menyerang. "Itu tidak adil! Kalian selalu menggunakan kekuatan kalian dan aku selalu menjadi yang terakhir!"

Zeen, yang tidak pernah terburu-buru, akhirnya memutuskan untuk berbicara. "Meta, mungkin kamu benar. Tapi kita adalah teman. Kita seharusnya saling membantu, bukan saling menyerang."

Meta berhenti sejenak, api di tangannya mulai meredup. "Aku hanya merasa tidak adil..."

Miki mendekati Meta dengan hati-hati. "Kami minta maaf, Meta. Mulai sekarang, kita akan bermain dengan cara yang lebih adil. Bagaimana kalau kita membuat aturan baru?"

Meta menghela napas dalam-dalam dan mengangguk. "Baiklah, tapi kali ini aku yang menentukan aturan."

Keempat sahabat itu akhirnya duduk bersama dan merumuskan aturan baru untuk permainan mereka. Setiap orang harus menyembunyikan diri tanpa menggunakan kekuatan mereka, dan jika ditemukan, mereka harus menerima hukuman kecil seperti menyanyikan lagu atau menari konyol.

Hari itu berakhir dengan tawa dan kebahagiaan. Mereka mungkin memiliki kekuatan yang berbeda, tapi mereka adalah sahabat yang selalu bisa menemukan cara untuk bersenang-senang bersama. Kaze, meskipun tanpa kemampuan khusus, merasa diterima dan dihargai sebagai bagian dari kelompok.

"Kalian tahu," kata Kaze sambil tertawa, "meskipun aku tidak punya kekuatan, aku punya kalian. Dan itu lebih dari cukup."

Miki, Zeen, dan Meta tersenyum dan setuju. Persahabatan mereka lebih kuat dari apapun, dan itulah yang membuat setiap hari bersama mereka menjadi petualangan yang tak terlupakan.